News  

Dugaan Kasus Kekerasan Seksual Anak Kembali Terjadi di Kantor PPI Bontobahari, Bulukumba

Bulukumba, Targeticw.com – Kasus dugaan kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur kembali mencuat di lingkungan Kantor Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Peristiwa ini menambah deretan insiden kekerasan di lokasi tersebut, setelah sebelumnya juga terjadi kasus penganiayaan, Kamis (25/9/2025).

Informasi yang dihimpun dari warga sekitar menyebutkan bahwa kejadian kekerasan di lingkungan PPI Bontobahari bukanlah hal baru. Salah seorang warga, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa pengawasan di area tersebut sangat minim.

“Beberapa bulan lalu sempat terjadi pemukulan, sekarang muncul lagi kasus dugaan kekerasan seksual. Ini sangat mengkhawatirkan jika tidak ada penanganan serius,” ujarnya.

Kasus terbaru ini diduga melibatkan seorang siswi SMP berinisial P sebagai korban, dan seorang siswa SMK Negeri 3 Bulukumba berinisial A yang tengah menjalani praktik kerja lapangan (PKL) di kantor PPI Bontobahari, sebagai terduga pelaku.

Berdasarkan pengakuan korban, insiden tersebut terjadi di salah satu ruangan kantor PPI. Korban mengaku dipaksa melakukan hubungan layaknya suami istri. Meskipun warga menyebut perbuatan tersebut baru terjadi satu kali, kasus ini tetap menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.

“Kurangnya pengawasan serta bebasnya orang keluar masuk di kantor PPI menjadikan tempat ini rawan. Jika tidak ada pengawasan ketat, bisa jadi ke depan akan muncul lagi kasus serupa,” tambah warga tersebut.

Masyarakat Bontobahari mendesak pihak terkait, termasuk instansi pengelola kantor PPI, untuk segera mengambil tindakan tegas dan meningkatkan pengawasan di area tersebut agar kejadian serupa tidak terulang.

Mantan Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel) PPI Bontobahari, A. Arfan, saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, mengaku tidak mengetahui adanya dugaan kekerasan seksual tersebut.

“Terkait kekerasan seksual saya tidak tahu-menahu. Namun hubungan antara laki-laki dan perempuan tersebut sudah berjalan sekitar satu tahun dan diketahui oleh kedua orang tua mereka,” ungkap Arfan.

Sementara untuk kasus pemukulan yang terjadi beberapa bulan lalu terhadap salah satu siswa PKL, Arfan membenarkan adanya insiden tersebut, namun menurutnya persoalan itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

“Masalah pemukulan anak PKL sudah selesai dan didamaikan antara keluarga korban dan pelaku,” tegasnya.

Terkait isu hubungan badan yang diduga terjadi di area pelabuhan, Arfan menyatakan belum memiliki informasi pasti. Ia hanya mengetahui bahwa salah satu siswa PKL diamankan pihak kepolisian setelah adanya laporan dari warga.

“Saya belum sempat menanyakan langsung ke anak PKL yang bersangkutan karena dia masih dalam kondisi trauma. Informasi penahanan juga baru saya dengar dari warga,” jelasnya.

Kepala Unit Reskrim Polsek Bontobahari, Aiptu Syamsul Bahri, saat dikonfirmasi, membenarkan adanya laporan dugaan kekerasan seksual yang melibatkan siswi SMP dan seorang siswa SMK yang sedang menjalani PKL.

“Memang ada seorang laki-laki yang sempat diamankan selama satu hari setelah adanya laporan dari warga. Keesokan harinya, pihak keluarga dari kedua belah pihak melakukan pertemuan dan terjadi kesepakatan,” ujar Syamsul.

Namun demikian, ia mengaku belum mengetahui secara pasti bentuk kesepakatan tersebut karena proses mediasi dilakukan oleh Bhabinkamtibmas bersama pihak lingkungan.

Dari hasil interogasi awal terhadap terduga pelaku, yang bersangkutan mengakui telah melakukan hubungan badan satu kali dengan korban di lingkungan Kantor PPI Bontobahari.

“Pengakuan awal dari terduga pelaku menyebutkan bahwa perbuatan tersebut baru dilakukan satu kali,” tambahnya.

Aiptu Syamsul juga mengonfirmasi bahwa sebelumnya pernah terjadi kasus penganiayaan terhadap siswa PKL, namun peristiwa tersebut terjadi di luar area kantor PPI dan telah diselesaikan melalui mekanisme restorative justice (RJ).

“Kasus penganiayaan memang pernah terjadi, namun lokasinya bukan di dalam kantor PPI, melainkan di jalan masuk menuju kawasan tersebut. Korbannya anak PKL dan pelakunya adalah warga setempat,” tutupnya.